LAPORAN
PRAKTIKUM II
KEBISINGAN
Dosen Pengampu
Sri Darnoto, SKM, M.kes
Disusun Oleh :
MUSLIHAH
J410110093
PROGRAM
STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kesehatan dan keselamatan kerja
merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam opersional di tempat kerja. Dengan
berkembangnya industrialisasi di Indonesia maka sejak awal perlu tentang
kemungkinan timbulnya dampak baik terhadap tenaga kerja maupun pada masyarakat
di lingkungan sekitarnya. Dampak yang ditimbulkan berupa penyakit akibat kerja.
Penyakit akibat kerja dapat digolongkan dengan beberapa jenis yaitu fisik,
kimia, infeksi, fisiologis dan mental psikologis. Kebisingan, yang termasuk
dalam golongan fisik, dapat menyebabkan kerusakan pendengaran/tuli
(Soemonegara,1975, Miller,1975).
Kebisingan yang terus menerus akan
menimbulkan ketulian secara perlahan, dalam waktu hitungan bulan sampai tahun.
Dengan kondisi seperti ini jarang disadari oleh penderita sehingga ketika
penderita baru menyadari menderita ketulian stadium akhir sudah tidak bisa
disembuhkan lagi. Maka akan mempengaruhi produktivitas dalam bekerja. disamping
itu, ketulian juga akan mengganggu komunikasi.
Untuk mengetahui kebisingan di tempat kerja,
penting bagi mahasiswa untuk melakukan uji coba (praktikum) pengukuran
kebisingan. Maka dilakukan pengukuran kebisingan di lingkungan kerja, di lokasi
pertigaan lampu merah UMS. Di lokasi tersebut sumber kebisingan berasal dari
kendaraan bermotor yang didominasi oleh truk besar dan bus. Dengan praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui apakah kebisingan atau suara yang dihasilkan
dari sumber tersebut sesuai nilai ambang yang ditentukan atau tidak ?
B.
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui
intensitas kebisingan di suatu tempat kerja
2.
Mahasiswa mampu
melakukan pengukuran kebisingan
3.
Mahasiswa mampu
menganalisa hasil pengukuran kebisingan
C.
Alat, Bahan dan
Cara Kerja
1.
Alat dan Bahan
a.
Sound Level
Meter
b.
Lembar Data
2.
Cara Kerja
a.
Persiapan Alat
1) Pasang Baterai pada tempatnyi
2) Tekan tombol power
3) Cek garis tanda pada monitor untuk mengetahui baterai
dalam keadaan baik atau tidak
4) Kalibrasi alat dengan kalibrator, sehingga anngka pada
monitor sesuai dengan angka kalibrator
b.
Pengukuran
1)
Pilih selector
pada posisi Slow (untuk jenis kebisingan impulsive/terputus-putus
2)
Pilih selector
range intensitas kebisingan
3)
Tentukan lokasi
pengukuran (Lampu Merah pertigaan UMS, Pabelan Kartosuro)
4)
Setiap lokasi
(titik) dilakukan pengamatan selama 1 menit dengan 12 kali pembacaan. Hasil
pengukuran adalah angka yang ditunjukan pada monitor (hasil terlampir)
5)
hasil pengukuran
dihitung dengan rumus (rata-rata kebisingan sesaat (lek) :
Lek = 10 Log 1/n (
+
+
+ ...
)dBA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kebisingan
Terdapat
beberapa pendapat mengenai definisi kebisingan antara lain (Wahyu, 2003) :
Menurut Dennis Bising adalah suara yang timbul dari
getaran-getaran yang tidak teratur.
Menurut Spooner Bising adalah suara yang tidak
mengandung kualitas musik
Menurut Sataloff Bising adalah bunyi yang terdiri
dari frekuensi yang acak dan tidak berhubungan satu dengan yang lain.
Menurut Burn, Littre dan Wail Bising adalah suara yang tidak
dikehendakikehadirannya oleh yang mendengar dan mengganggu.
Menurut Suma’mur Bising adalah suara yang tidak
dikeendaki (unwanted sound).
Menurut Menteri Negara Lingkungan
Hidup RI No. 48/MENLH/11/1996
Kebisingan
adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan
waktu tertentu yang dapat menimbulkan gengguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan.
Menurut Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI No. PER. 13/MEN/X/2011 Kebisingan
adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses
produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran.
B. Jenis-jenis kebisingan
Kebisingan
dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) bentuk dasar (Wahyu, 2003) :
a. Intermitten Noise (Kebisingan
Terputus-putus).
Intermittten Noise adalah kebisingan diana suara
timbul dan menghilang secara perlahan-lahan. Termasuk dalam intermitten noise
adalah kebisingan yang ditimbulkan oleh suara kendaraan bermotor dan pesawat
terbang yang tinggal landas.
b. Steady State Noise (Kebisingan
Kontinyu)
Dinyatakan dalam nilai ambang tekanan suara (sound
pressure levels) diukur dalam octave band dan perubahan-perubahan tidak
melebihi beberapa dB per detik, atau kebisingan dimana fluktuasi dari
intensitas suara tidak lebih 6dB, misalnya : suara kompressor, kipas angin,
darur pijar, gergaji sekuler, katub gas.
c.
Impact
Noise.
Impact noise adalah kebisingan dimana waktu yang
diperlukan untuk mencapai puncak intensitasnya tidak lebih dari 35 detik, dan
waktu yang dibutuhkan untuk penurunan sampai 20 dB di bawah puncaknya tidak
lebih dari 500 detik. Atau bunyi yang mempunyai perubahan-perubahan besar dalam
octave band. Contoh : suara pukulan palu, suara tembakan meriam/senapan dan
ledakan bom.
C. Dampak Kebisingan
Menurut Depnaker yang dikutip oleh
Srisantyorini (2002) kebisingan mempunyai pengaruh terhadap tenaga kerja, mulai
dari gangguan ringan berupa gangguan terhadap konsentrasi kerja, pengaruh dalam
komunikasi dan kenikmatan kerja sampai pada cacat yang berat karena kehilangan
daya pendengaran (tuli) tetap.
Gangguan terhadap konsentrasi kerja
dapat mengakibatkan menurunnya kualitas pekerjaan. Hal ini pernah dibuktikan
pada sebuah perusahaan film dimana
penurunan intensitas kebisingan
berhasil mengurangi jumlah film yang rusak
sehingga menghemat b
ahan baku.
2.Gangguan terhadap komunikasi, akan
menganggu kerja sama antara pekerja
dan kadang-kadang mengakibatkan
salah pengertian secara tidak langsung dapat
menurunkan kualitas atau kuantitas
kerja. Kebisingan juga mengganggu persepsi
tenaga kerja terhadap lingkungan
sehingga mungkin sekali tenaga kerja kurang cepat
3. Gangguan dalam kenikmatan kerja
berbeda-beda untuk tiap-tiap orang. Pada orang yang sangat rentan kebisingan
dapat menimbulkan rasa pusing, gangguan konsentrasi, dan kehilangan semangat
kerja.
4.Penurunan daya pendengaran akibat
yang paling serius dan dapat menimbulkan ketulian total sehingga seseorang sama
sekali tidak dapat mendengarkan
pembicaraan orang lain.
D. Pengendalian
Kebisingan
Menurut Pramudianto yang dikutip
oleh Babba (2007), pada prinsipnya pengendalian kebisingan di tempat
kerja terdiri dari:
1.Pengendalian secara teknis
Pengendalian
secara teknis dapat dilakukan pada sumber bising, media yang dilalui bising dan
jarak sumber bising terhadap pekerja. Pengendalian bising pada sumbernya
merupakan pengendalian yang sangat efektif dan hendaknya dilakukan pada sumber
bising yang paling tinggi.
Cara-cara
yang dapat dilakukan antara lain :
a.
Desain ulang peralatan untuk
mengurangi kecepatan atau bagian yang bergerak, menambah muffler pada masukan
maupun keluaran suatu buangan, mengganti alat yang telah usang dengan yang
lebih baru dan desain peralatan yang lebih baik.
b.
Melakukan perbaikan dan perawatan
dengan mengganti bagian yang bersuara dan melumasi semua bagian yang bergerak.
c.
Mengisolasi peralatan dengan cara
menjauhkan sumber dari pekerja/penerima, menutup mesin ataupun membuat
barrier/penghalang.
d.
Meredam sumber bising dengan jalan
memberi bantalan karet untuk mengurangi getaran peralatan dari logam,
mengurangi jatuhnya sesuatu benda dari atas ke dalam bak maupun pada sabuk
roda.
e.
Menambah sekat dengan bahan yang
dapat menyerap bising pada ruang kerja. Pemasangan peredam ini dapat dilakukan
pada dinding suatu ruangan bising.
2.
Pengendalian secara administratif
Pengendalian ini meliputi rotasi
kerja pada pekerja yang terpapar oleh kebisingan dengan intensitas tinggi ke
tempat atau bagian lain yang lebih rendah, cara mengurangi paparan bising dan
melindungi pendengaran.
3.
Pemakaian alat pelindung telinga
Pengendalian ini tergantung terhadap
pemilihan peralatan yang tepat untuk tingkat kebisingan tertentu, kelayakan dan
cara merawat peralatan
BAB III
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil
No
|
Detik
Ke Menitke
|
Hasil pembacaan sound level meter
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
||
1
|
5
|
90,6
|
100
|
85,4
|
76,6
|
79,6
|
90,5
|
86,1
|
85,6
|
88,1
|
89
|
2
|
10
|
82,3
|
85,6
|
89,5
|
78,9
|
77,2
|
93,6
|
92,2
|
78,6
|
81
|
87
|
3
|
15
|
83,1
|
84,6
|
90
|
83,6
|
77
|
85,3
|
83,5
|
81,5
|
76,2
|
82
|
4
|
20
|
82
|
83,1
|
85,5
|
85,3
|
80,7
|
83,1
|
82,4
|
80,2
|
77,9
|
83,2
|
5
|
25
|
83,6
|
81
|
87,6
|
81,7
|
79,5
|
79,6
|
82,4
|
88,7
|
81,3
|
81,9
|
6
|
30
|
81,5
|
83,5
|
84
|
86,6
|
79,7
|
84,4
|
78
|
88,3
|
81,7
|
79,7
|
7
|
35
|
76,9
|
79,5
|
83
|
87
|
84,3
|
86,5
|
78,9
|
86,2
|
87,7
|
79,6
|
8
|
40
|
77,9
|
80,7
|
80
|
88,1
|
83,1
|
80,1
|
78,8
|
84,6
|
88,8
|
79,7
|
9
|
45
|
79,7
|
82,2
|
79,9
|
87,5
|
93,8
|
84,4
|
76,4
|
85,9
|
85,4
|
80,8
|
10
|
50
|
79,2
|
81,3
|
83,2
|
89,5
|
83,7
|
81,3
|
79,3
|
85,9
|
90,7
|
80,2
|
11
|
55
|
80
|
78
|
82,8
|
84,3
|
85,8
|
81,7
|
82,4
|
88,3
|
89,7
|
82,5
|
12
|
60
|
92,2
|
80,5
|
77,7
|
78
|
90,9
|
83,5
|
81,1
|
90,8
|
84,6
|
81,1
|
Hasil
|
72, 73
|
73,98
|
71,1
|
71,01
|
71,97
|
71,78
|
69,85
|
71,89
|
71,84
|
69,28
|
Penghitungan rumus :
Titik 1
Lek = 10 Log 1/12 (
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
)
= 10 Log 1/12(
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
)
10 Log 1/12 x 225.124.640,4
= 10 log 18.760.386,7
= 72, 73 dB
Titik 2
Lek = 10 Log
1/12 (
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
)
= 10 Log
1/12 x (
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
)
= 10 Log 25.003.763,94
= 73,98 dBA
Titik 3
Lek = 10 Log
1/12 (
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
)
= 10 Log 1/12 (
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
)
=10 Log 12.769.189,69
=71,1 dBA
Titik 4
Lek = 10 Log
1/12 (
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
)
= 10 Log 1/12 (
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
)
=10 Log 12.638.720,5
= 71,01 dBA
Titik 5
Lek = Log 10
1/12 (
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
)
= 10 Log 1/12 (
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
)
=10 Log 15.725.238,81
= 71,97 dBA
Titik 6
Lek =10 Log
1/12 (
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
)
= 10 Log 1/12 (
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
)
=10 Log 15.054.612,73
= 71,78 dBA
Titik 7
Lek = 10 Log
1/12 (
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
)
= 10 Log 1/12 (
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
)
= 10 Log 9.650.509,776
= 69,85 dBA
Titik 8
Lek = 10 Log
1/12 (
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
)=
= 10 Log 1/12 (
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
)
= 10 Log 15.457.251,09
=71,89 dBA
Titik 9
Lek = 10 Log
1/12 (
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
)=
= 10 Log 1/12 (
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
)
= 10 Log 15.304.145,23
= 71,84 dBA
Titik 10
Lek = 10 Log
1/12 (
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
)
= 10 Log 1/12 (
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
)
= 10 Log 8.487.811,024
= 69,28 dBA
B. Pembahasan
Pengukuran dilakukan pada
wilayah kerja terbuka, yaitu jalanan tepat pada lokasi pertigaan lampu merah
Diana pada lokasi tersebut terdapat lalu lalang kendaraan yang didominasi
kendaraan besar seperti truk dan bus. Pada wilayah kerja tersebut potensi
terkena paparan adalah pedagang pinggir jalan, tukang becak, pengguna jalan
(pejalan kaki), dll.
Pada pengukuran ini juga
dilakukan dengan 10 titik pengukuran dan 12 kali pembacaan dengan perhitungan
per lima detik. Selector yang diatur pada sound level meter ialah slow
selector, karena sumber bunyi (kebisingan) di wilayah kerja fluktuatif atau
kadang bising kadang tidak.
Menurut Permenakertrans Nomor
13/Men/X/2011 Nilai Ambang Batas kebisingan di wilayah kerja adalah 85 dBA
untuk paparan 8 jam per hari atau 40 jam per minggu. Dari hasil pengukuran yang
dilakukan dengan 10 titik pengukuran tidak ada nilai kebisingan yang melebihi
nilai ambang batas (85 dBA), maka wilayah kerja tersebut aman untuk dilakukan
aktivitas tanpa ada penanganan kebisingan ditempat kerja.
C. KESIMPULAN
1. Kebisingan seringkali
terjadi ditempat kerja yang bias menimbulkan gangguan kesehatan pada pekerja,
diantaranya ialah ketulian yang akan merambat pad produktivitas kerja
2. hasil pengukuran pada 10
titik pengukuran di wilayah kerja (lampu merah pertigaan UMS) tidak ada yang
melebihi Nilai Ambang Batas
3. Dengan tidak adanya hasil pengukuran
yang melebihi Nilai Ambang Batas maka wilayah kerja tersebut aman untuk
dilakukan aktivitas kerja tanpa ada pengendalian atau pencegahan kebisingan
DAFTAR PUSTAKA
Babba, J., 2007. Hubungan Antara Intensitas
Kebisingan di Lingkungan Kerja dengan Peningkatan Tekanan Darah (Penelitian
pada Karyawan PT Semen Tonasa di Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan).
Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang
Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No.
48/MENLH/11/1996
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. PER.
13/MEN/X/2011
Srisantyorini, 2002. Tingkat
Kebisingan dan Gangguan Pendengaran Pada Karyawan PT Friesche Vlag Indonesia
Tahun 2002. Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas
Indonesia, Jakarta
ada kursus 2-3 hari g ? buat ngukur kebisingan ?
BalasHapusKejadian aneh di PASAR LEGI SOLO
untuk mengukur kebisingan perhari dapat dilakukan dengan menggunakan rentang waktu dan jam pengukuran. contohnya pengukuran kebisingan pada hari ke-1 dilakukan pada pukul 07.00, 11.00, 15.00, 21.00, 23.00, 01.00, dan 05.00. dimana kebisingan siang hari dari pukul 06.00-22.00, kebisingan malam hari 22.00-06.00. aktifitas pada siang hari maksimal 16 jam dan pada malam hari selama 8 jam, pengukuran siang hari minimal 4 kali pengukuran, dan malam hari minimal 3 kali pengukuran
HapusBiasanya ada di pelatihan pelatihan k3 mb.. Tapi nggak khusus kebisingan... lebih umum lagi...
BalasHapusTitik 1
BalasHapusLek = 10 Log 1/12 ( + + + + + + + + + + + )
= 10 Log 1/12( + + + + + + + + + + + )
10 Log 1/12 x 225.124.640,4
= 10 log 18.760.386,7
= 72, 73 dB
225.124.640,4 ini hasil dari mana ya soalnya hasil dari (++++++++++++)= 989