Ketika bangsa Indonesia ingin lepas dari belenggu
penjajahan dengan misi zending mereka. Kemudian di tengah bahana gemuruh perjuangan,
laksana halilintar di tengah terik matahari siang, suara itu adalah “Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia” yag diucapkan Proklamator dwi tunggal Soekarno-Hatta di Pegangsaan
Timur No 56 Jakarta pada 17 Agustus 1945.
Namun apa mau dikata, keserakahan menjadi selimut
dalam diri manusia yang menginginkan kekuasaan sehingga berambisi untuk
merebutnya. Tekad rakyat Indonesia yang tinggi tidak ingin lagi dijajah menjadi
kecamuk perang kekuasaan di Tanah Ibu Pertiwi.
Tuntutan perang kemerdekaan tidak dapat ditawar-tawar
lagi, ini membutuhkan persatuan dan kesatuan umat islam sebagai tulang punggung
bangsa dan negara. Keadaan umat Islam pada saat itu terdiri dari perpaduan
unsur-unsur kebudayaan dan adat istiadat yang berasal dari hindunisme, budhisme
dan animisme yang pada akhirnya menimbulkan aliran-aliran kebatinan. Sedang
peradaban semakin mengarak sehingga terjadi pembaharuan yang tidak hanya di
Indonesia, melainkan diseluruh belahan dunia.
Dunia kemahasiswaan ketika penjajah meninggalkan bekas
bekas pendidikan ala belanda dapat
merusak kepribadian umat islam pada saat itu. Sistem pendidikan yang mengarah
pada sistem pendidikan sekuler serta mendangkalkan agama pada setiap aspek
kehidupan manusia. Dengan kondisi inilah kemerdekaan yang telah dikumandangkan
tidak boleh kosong, Kemerdekaan harus diisi untuk mewujudkan visi misi
kemerdekaan, mensejahterahkan rakyat, mengembalikan moral orang timur.
Lafran Pane,
satu dari ribuan Mahasiswa yang resah melihat kondisi Indonesia pasca
merdeka dengan segala peninggalan penjajahan. Dengan ambisi dan tekad yang kuat
berupaya mendirikan suatu himpunan dengan misi mempertahankan kemerdekaan
Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat indonesia serta menegakkan dan
mengembangkan ajaran Islam. Hingga pada tanggal 5 februari 1947 berdirilah
Himpunan Mahasiswa Islam.
Sejak berdiri hingga
usia 67 tahun Himpunan Mahasiswa Islam telah memberikan sumbangsihnya
untuk pertiwi ini. Turun langsung dalam penumpasan PKI dengan gencatan senjata,
urun lansung untuk pembangunan bangsa di era kala itu hingga kini dengan ribuan
kader HMI yang tersebar di seluruh nusantara dari wilayah pelosok sampai
metropolitan di berbagai bidang keilmuan seperti dalam bidang pendidikan,
kesehatan, ekonomi, teknik, politik dll.
HMI bukan NU, bukan muhammadiyah, bukan syi’ah atau
golongan manapun. HMI adalah Himpunan Mahasiswa Islam dengan watak
independensinya yang menjadi ciri khas organisasi secara etis melekat sebagai
karakter dan kepribadian HMI. HMI sebagai laboratorium pengetahuan yang di
dalamnya terdiri dari orang-orang yang mau belajar, mau berproses, mau berjuang
untuk kepentingan umat dan bangsa. Azas Islam yang dimiliki senantiasa
memberikan energi perubahan mengharuskan para penganutnya untuk melakukan
inovasi, internalisasi, eksternalisasi maupun obyektifikasi.
Telah Dimuat di Buletin "Insan Cita" edisi ke-3 HMI Komisariat Ahmad Dahlan 1 Cabang Sukoharjo 2013-2014
0 komentar :
Posting Komentar