“Tak kenal maka tak sayang”, ungkapan klasik yang sering terdengar ketika kita hendak kali berkenalan dengan seseorang yag artinya “jika kita tidak mengerti atau memahami sesuatu hal/seseorang maka kita tidak akan tahu arti sebenarnya dan tidak dapat menghargai hal/seseorang tersebut[1]. Sama seperti halnya kader HMI, jika tidak mengenal siapa dirinya, mustahil untuk sayang kepada dirinya apalagi untuk mengerti dan menghargai. Maka perlu kiranya kita mengenal siapa kader HMI, sebagai petunjuk untuk mewujudkan Misi HMI.
Mengapa harus ada Sistem Perkaderan ?
HMI berdiri
selama 67 tahun silam tentu tidak serta merta menjadi HMI yang saat ini kita
rasakan, melainkan menempuh berbagai perjalanan panjang mengingat kebutuhan HMI
dengan
perubahan situasi, ruang, waktu serta tantangan yang terus berubah
dengan cepat sesuai dengan tuntunan zaman.
Sejak tahun
berdirinya HMI hingga 1958 belum ada perkaderan HMI yang ideal, karena pada
saat itu anggota HMI masih sangat sedikit. Namun seiring berjalannya waktu, HMI
makin berkembang baik kualitasnya maupun kuantitasnya, dengan kuantitas yang
semakin mengembung itu maka diperlukannya pedoman-pedoman untuk perkaderan hmi
secara merata di seluruh tubuh HMI yang tersebar di Indonesia.
Berkat gagasan
yang diusung oleh Ismail Hasan Metareum (Alm) yang pada saat itu adalah Ketua
Umum PB HMI (1957-1960) maka konsep pendidikan kader ini mulai diusung melalui
Konferensi Taruna Giri (20-24 Juli 1959) yang diketuai Ismail hasan Metareum
dan Murtaddha Makmur sebagai sekretaris. Konsep pendidikan kader yang
dipresentasikan pada saat itu dinamakn sebagai “pendidikan dasar” kader HMI. Kebetulan
saja, Aisyah Amini dan Mahmud Yunus baru saja kembali dari konferensi WAY di
India, dan membawa konsep tentang pendidikan bagi organisasi.[2] Penyempurnaan konsep
training HMI bersamaan dengan perumusan kepribadian HMI di laksanakan pada
Musyawarah nasional HMI di pekalongan tanggal 23-28 desember 1962 yang meliputi
acuan pengertian kader, tujuan pendidikan/latihan, sistem/metode training, klasifikasi
kader, waktu dan penyelengara training, tingkatan-tingkatan training yaitu :
Basic Training, Itermediate Traning, dan Advanced Training. Training itu
disertai dengan kurikulum masing-masing berjenjang. (Lihat Pedoman Perkaderan
HMI). Sistem pengkaderan inilah yang digunakan HMI dalam mendidik dan
mempersiapkan individu-individu untuk menjadi tulang punggung pembangunan
bangsa. Serta penyempurnaan terhadap format perkaderan terus dilakukan oleh HMI
sebagai wujud konsistensi untuk mendapatkan output perkaderan yg semakin
berkualitas[3]
Mari Berkenalan
Siapa Kader HMI ?
Kader adalah "sekelompok orang yang
terorganisasir secara terus menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi
kelompok yang lebih besar". Hal ini dapat dijelaskan :
pertama, seorang kader bergerak dan terbentuk dalam organisasi,
mengenal aturan-aturan permainan organisasi dan tidhak bermain sendiri sesuai
dengan selera pribadi. Bagi HMI aturan-aturan itu sendiri dari segi nilai
adalah Nilai Dasar Perjuangan (NDP) dalam pemahaman memaknai perjuangan sebagai
alat untukmentransformasikan nilai-nilai ke-Islam-an yang membebaskan (liberation
force), dan memiliki kerberpihakan yang jelas terhadap kaum tertindas
(mustadhafin). Sedangkan dari segi operasionalisasi organisasi adalah
AD/ART HMI, pedoman perkaderan dan pedoman serta ketentuan organisasi lainnya.
Kedua, seorang kader mempunyai komitmen yang terus menerus
(permanen), tidak mengenal semangat musiman, tapi utuh dan istiqomah
(konsisten) dalam memperjuangkan dan melaksanakan kebenaran.
Ketiga, seorang kader memiliki bobot dan kualitas sebagai tulang
punggung atau kerangka yang mampu menyangga kesatuan komunitas manusia yang
lebih besar. Jadi fokus penekanan kaderisasi adalah pada aspek kualitas. Keempat,
seorang Kader rneiliki visi dan perhatian yang serius dalam merespon dinamika
sosial lingkungannya dan mampu melakukan "social
engineering".
Kader HMI adalah anggota HMI yang
telah melalui proses perkaderan sehingga meiniliki ciri kader
sebagaimana dikemukakan di atas dan memiliki integritas kepribadian yang
utuh : Beriman, Berilmu dan beramal shaleh sehingga siap mengemban tugas
dan amanah kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.[4]
This is The profile of Our : Muslim, Intelektual,
Profesional, Mandiri
Aspek-aspek yang ditekankan dalam usaha pelaksanaan kaderisasi tersebut ditujukan
pada:
1.
Pembentukan integritas watak dan kepribadian, Yakni kepribadian
yang terbentuk sebagai pribadi muslim yang menyadari tanggung jawab
kekhalifahannya di muka bumi, sehingga citra akhlakul karimah senantiasa
tercermin dalam pola pikir, sikap dan perbuatannya.
2.
Pengembangan kualitas intelektual, Yakni segala usaha
pembinaan yang mengarah pada penguasaan dan pengembangan ilmu (sain) pengetahuan
(knowledge) yang senantiasa dilandasi oleh nilai-nilai Islam.
3.
Pengembangan kemampuan Profesional, Yakni segala usaha
pembinaan yang mengarah kepada peningkatan kemampuanmentransformasikan ilmu
pengetahuan ke dalam perbuatan nyata sesuai dengan disiplin ilmu yang
ditekuninya secara konsepsional, sistematis dan praksis untuk mencapai prestasi
kerja yang maksirnal sebagai perwujudan arnal shaleh.
4.
Pembentukan karakter kemandirian yakni segala usaha pembinaan
kepribadian mandiri dalam mewujudkan kader yang kreatif dan inovatif yang
senantiasa dilandasi oleh nilai-nilai islam. Usaha mewujudkan keempat aspek
harus terintegrasi secara utuh sehingga kader HMI benar-benar lahir menjadi
pribadi dan kader Muslim-Intelektual-Profesional, yang mampu menjawab tuntutan
perwujudan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
Kader HMI Masa Depan
Sejak awal HMI hadir
telah memprokalimrkan sebagai organisasi perjuangan dan organisasi perkaderan
yang berwajah ke-Islaman dan ke-Indonesiaan. Oleh karena itu HMI tidak lepas
dari perannya sebagai pondasi-pondasi yang kokoh dalam pembangunan bangsa. Hal
tersebut akan menjadi konsistensi bahwa HMI menjadi tulang punggung bangsa.
Dari masa ke masa HMI
sukses menciptakan mahasiswa yang progresif dan kritis serta telah melahirkan
tokoh-tokoh intelektual dan cendekiawan seperti Anis Baswedan yang sukses
dibidang akademiknya, Akbar Tanjung dibidang politik. Tokoh-tokoh intelektual
ini yang menjadi penopang pembangunan bangsa melalui pemikiran-pemikirannya
maupun perannya sebagai insan kamil. Dengan hadirnya tokoh-tokoh intelektual
dan cendekiawan ini yang melahirkan eksistensi HMI sehingga sampai saat ini HMI
masih dikenang.
Perkaderan HMI merupakan
strategi besar perjuangan HMI sebagai organisasi perkaderan dan organisasi
perjuangan dalam menjawad tantangan zaman. Lantas, apa peran HMI dimasa
mendatang ? HMI memiliki peran strategis dalam upaya membangun dan menyiapkan
sumber daya yang berkualitas di abad 21 ini. Peran tersebut peran yang telah
dimiliki perguruan tinggi, tidak lepas dari peran kemahasiswaannya. Oleh sebab
itu aktualisasi dan prean HMI dimasa mendatang sebagai upaya HMI dalam
pembangunan bangsa dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Melahirkan
Kader Berkualitas Insan Cita dengan memperkuat basis kelompok intelektual
Sebagai organisasi kemahasiswaan, HMI
menjadi wadah pembelajaran diluar kurikulum perguruan tinggi terutama yang
sudah tidak bisa bisa dijadikan wadah penampung kreatifitas dan inovatif
mahasiswa. Agar menghasilkan kader kualitas insan cita, HMI harus menjaga
bangunan intelektual yang telah dikokohkan
HMI Sebagai lembaga pembelajaran di luar kurikulum akademik perguruan
tinggi, diharapkan HMI dapat memberi kontribusi besar terhadap proses
pematangan mahasiswa sebagai kelompok masyarakat terpelajar. Dengan proses
pembelajaran yang akan melahirkan manusia-manusia unggul masa depan. Yaitu
manusia-manusia yang cerdas, terampil, memiliki etos kerja tinggi, semangat dan
daya juang yang bergelora, sehingga siap dan mampu menyongsong kehidupan
kompetitif global dan menciptakan msayarakat madani.
b. Menguatkan pondasi nasionalisme dengan
memperkukuh wawasan kebangsaan
HMI adalah organisasi perkaderan dan perjuangan. Kebangsaan sebagai alat
gerak HMI dalam melakukan perjuangan. Oleh karena itu HMI dituntut untuk
mengenal bangsanya agar dapat berjuang dijalan yang benar sehingga perjuangan
HMI tidak hanya untuk kepentingan HMI belaka, melainkan kepentingan ummat.
c. Menggiatkan program pengabdian masyarakat
HMI sebagai organisasi perkaderan yang dibina secara terus menerus untuk
mensejahterakan kehidupan bangsa, adil makmur sehingga realisasi untuk
menciptakan kesejahteraan masyarakat tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk
pengabdian masyarakat.
d. Penguasaan IPTEK
Meski HMI dilahirkan sebagai organisasi pergerakan dan perkaderan ini tidak
lepas dari peran HMI dalam menjawab tantangan di zaman mendatang. Di eramondial
saat ini IPTEK sangat dibutuhkan disegala bidang. HMI harus bisa mengikuti arus
perkembangan zaman sehingga mampu memanfaatkan informasi-informasi sebagai
bahan rujukan dalam mengaplikasikan peran HMI.
e. Memperkuat
Basis Kepemimpinan
HMI sebagai wadah strategis dalam
pembentukan karakter kepemimpinan. HMI sebagai organisasi kader terbesar di Indonesia telah menyumbangkan banyak
kadernya dalam estafet kepemimpinan nasional Indonesia dari tahun ke tahun.
Nama-nama kader HMI dewasa ini
menghiasi jajaran kepemimpinan nasional Indonesia seperti Laode M. Kamaluddin,
Jusuf Kalla, Akbar Tanjung, Anas Urbaningrum, Anis Baswedan, Mahfud MD,
Mulyaman Hadad, Marwah Daud, Ida Nasution, Lena Maryana, Marzuki Ali, Wa Ode
Ida, dll.
Bangsa Indonesia
membutuhkan kader-kader tangguh seperti tokoh-tokoh intelektual yang sudah
menjajaki kehidupan kepemimpinan yang sesungguhnya di kepemimpinan nasional.
Demi terjaganya kualitas kader, HMI memandang perlu selalu adanya
peningkatan-peningkatan kekuatan karakter kepemimpinan sehingga mampu menjadi
estafet kepemimpinan nasional.[5]
Disampaikan pada diskusi PPPA
Muslihah, Ketua Umum HMI Komisariat Ahmad Dahlan 1
[1]
Wikiquote.org
[2]
Danial Iskandar, Perkaderan dan hal-hal
yang belum selesai, http://independensia.com/berita-481-perkaderan-dan-halhal-yang-belum-selesai.html
diakses pada oktober 2013
[3] Muslihah. Perkaderan Hmi Sebagai Sistem Pendidikan Penyongsong Pembangunan Bangsa, Makalah LKII cab Kediri, 2013, Hal :
5
[4]
Hasil-Hasil Kongres XXVIII Jakarta Timur 2013, hal : 363
[5] Muslihah.
Perkaderan Hmi Sebagai Sistem Pendidikan
Penyongsong Pembangunan Bangsa, Makalah LKII cab Kediri, 2013, Hal : 24
0 komentar :
Posting Komentar