Minggu, 21 Desember 2014

Kader HMI, hendak kemana?

0


“Tak kenal maka tak sayang”, ungkapan klasik yang sering terdengar ketika kita hendak kali berkenalan dengan seseorang yag artinya “jika kita tidak mengerti atau memahami sesuatu hal/seseorang maka kita tidak akan tahu arti sebenarnya dan tidak dapat menghargai hal/seseorang tersebut[1]. Sama seperti halnya kader HMI, jika tidak mengenal siapa dirinya, mustahil untuk sayang kepada dirinya apalagi untuk mengerti dan menghargai. Maka perlu kiranya kita mengenal siapa kader HMI, sebagai petunjuk untuk mewujudkan Misi HMI.

Mengapa harus ada Sistem Perkaderan ?
HMI berdiri selama 67 tahun silam tentu tidak serta merta menjadi HMI yang saat ini kita rasakan, melainkan menempuh berbagai perjalanan panjang mengingat kebutuhan HMI dengan
perubahan situasi, ruang, waktu serta tantangan yang terus berubah dengan cepat sesuai dengan tuntunan zaman.
Sejak tahun berdirinya HMI hingga 1958 belum ada perkaderan HMI yang ideal, karena pada saat itu anggota HMI masih sangat sedikit. Namun seiring berjalannya waktu, HMI makin berkembang baik kualitasnya maupun kuantitasnya, dengan kuantitas yang semakin mengembung itu maka diperlukannya pedoman-pedoman untuk perkaderan hmi secara merata di seluruh tubuh HMI yang tersebar di Indonesia.
Berkat gagasan yang diusung oleh Ismail Hasan Metareum (Alm) yang pada saat itu adalah Ketua Umum PB HMI (1957-1960) maka konsep pendidikan kader ini mulai diusung melalui Konferensi Taruna Giri (20-24 Juli 1959) yang diketuai Ismail hasan Metareum dan Murtaddha Makmur sebagai sekretaris. Konsep pendidikan kader yang dipresentasikan pada saat itu dinamakn sebagai “pendidikan dasar” kader HMI. Kebetulan saja, Aisyah Amini dan Mahmud Yunus baru saja kembali dari konferensi WAY di India, dan  membawa konsep tentang pendidikan bagi organisasi.[2] Penyempurnaan konsep training HMI bersamaan dengan perumusan kepribadian HMI di laksanakan pada Musyawarah nasional HMI di pekalongan tanggal 23-28 desember 1962 yang meliputi acuan pengertian kader, tujuan pendidikan/latihan, sistem/metode training, klasifikasi kader, waktu dan penyelengara training, tingkatan-tingkatan training yaitu : Basic Training, Itermediate Traning, dan Advanced Training. Training itu disertai dengan kurikulum masing-masing berjenjang. (Lihat Pedoman Perkaderan HMI). Sistem pengkaderan inilah yang digunakan HMI dalam mendidik dan mempersiapkan individu-individu untuk menjadi tulang punggung pembangunan bangsa. Serta penyempurnaan terhadap format perkaderan terus dilakukan oleh HMI sebagai wujud konsistensi untuk mendapatkan output perkaderan yg semakin berkualitas[3]

Mari Berkenalan
Siapa Kader HMI ?
Kader adalah "sekelompok orang yang terorganisasir secara terus menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar". Hal ini dapat dijelaskan :
pertama, seorang kader bergerak dan terbentuk dalam organisasi, mengenal aturan-aturan permainan organisasi dan tidhak bermain sendiri sesuai dengan selera pribadi. Bagi HMI aturan-aturan itu sendiri dari segi nilai adalah Nilai Dasar Perjuangan (NDP) dalam pemahaman memaknai perjuangan sebagai alat untukmentransformasikan nilai-nilai ke-Islam-an yang membebaskan (liberation force), dan memiliki kerberpihakan yang jelas terhadap kaum tertindas (mustadhafin). Sedangkan dari segi operasionalisasi organisasi adalah AD/ART HMI, pedoman perkaderan dan pedoman serta ketentuan organisasi lainnya.
Kedua, seorang kader mempunyai komitmen yang terus menerus (permanen), tidak mengenal semangat musiman, tapi utuh dan istiqomah (konsisten) dalam memperjuangkan dan melaksanakan kebenaran.
Ketiga, seorang kader memiliki bobot dan kualitas sebagai tulang punggung atau kerangka yang mampu menyangga kesatuan komunitas manusia yang lebih besar. Jadi fokus penekanan kaderisasi adalah pada aspek kualitas. Keempat, seorang Kader rneiliki visi dan perhatian yang serius dalam merespon dinamika sosial lingkungannya dan mampu melakukan "social
engineering".
Kader HMI adalah anggota HMI yang telah melalui proses perkaderan sehingga meiniliki ciri kader sebagaimana dikemukakan di atas dan memiliki integritas kepribadian yang utuh : Beriman, Berilmu dan beramal shaleh sehingga siap mengemban tugas dan amanah kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.[4]

This is The profile of Our : Muslim, Intelektual, Profesional, Mandiri
Aspek-aspek yang ditekankan dalam usaha pelaksanaan kaderisasi tersebut ditujukan pada:
1.      Pembentukan integritas watak dan kepribadian, Yakni kepribadian yang terbentuk sebagai pribadi muslim yang menyadari tanggung jawab kekhalifahannya di muka bumi, sehingga citra akhlakul karimah senantiasa tercermin dalam pola pikir, sikap dan perbuatannya.
2.      Pengembangan kualitas intelektual, Yakni segala usaha pembinaan yang mengarah pada penguasaan dan pengembangan ilmu (sain) pengetahuan (knowledge) yang senantiasa dilandasi oleh nilai-nilai Islam.
3.      Pengembangan kemampuan Profesional, Yakni segala usaha pembinaan yang mengarah kepada peningkatan kemampuanmentransformasikan ilmu pengetahuan ke dalam perbuatan nyata sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuninya secara konsepsional, sistematis dan praksis untuk mencapai prestasi kerja yang maksirnal sebagai perwujudan arnal shaleh.
4.      Pembentukan karakter kemandirian yakni segala usaha pembinaan kepribadian mandiri dalam mewujudkan kader yang kreatif dan inovatif yang senantiasa dilandasi oleh nilai-nilai islam. Usaha mewujudkan keempat aspek harus terintegrasi secara utuh sehingga kader HMI benar-benar lahir menjadi pribadi dan kader Muslim-Intelektual-Profesional, yang mampu menjawab tuntutan perwujudan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.

Kader HMI Masa Depan
Sejak awal HMI hadir telah memprokalimrkan sebagai organisasi perjuangan dan organisasi perkaderan yang berwajah ke-Islaman dan ke-Indonesiaan. Oleh karena itu HMI tidak lepas dari perannya sebagai pondasi-pondasi yang kokoh dalam pembangunan bangsa. Hal tersebut akan menjadi konsistensi bahwa HMI menjadi tulang punggung bangsa.
Dari masa ke masa HMI sukses menciptakan mahasiswa yang progresif dan kritis serta telah melahirkan tokoh-tokoh intelektual dan cendekiawan seperti Anis Baswedan yang sukses dibidang akademiknya, Akbar Tanjung dibidang politik. Tokoh-tokoh intelektual ini yang menjadi penopang pembangunan bangsa melalui pemikiran-pemikirannya maupun perannya sebagai insan kamil. Dengan hadirnya tokoh-tokoh intelektual dan cendekiawan ini yang melahirkan eksistensi HMI sehingga sampai saat ini HMI masih dikenang.
Perkaderan HMI merupakan strategi besar perjuangan HMI sebagai organisasi perkaderan dan organisasi perjuangan dalam menjawad tantangan zaman. Lantas, apa peran HMI dimasa mendatang ? HMI memiliki peran strategis dalam upaya membangun dan menyiapkan sumber daya yang berkualitas di abad 21 ini. Peran tersebut peran yang telah dimiliki perguruan tinggi, tidak lepas dari peran kemahasiswaannya. Oleh sebab itu aktualisasi dan prean HMI dimasa mendatang sebagai upaya HMI dalam pembangunan bangsa dapat dijabarkan sebagai berikut :
a.       Melahirkan Kader Berkualitas Insan Cita dengan memperkuat basis kelompok intelektual
Sebagai organisasi kemahasiswaan, HMI menjadi wadah pembelajaran diluar kurikulum perguruan tinggi terutama yang sudah tidak bisa bisa dijadikan wadah penampung kreatifitas dan inovatif mahasiswa. Agar menghasilkan kader kualitas insan cita, HMI harus menjaga bangunan intelektual yang telah dikokohkan
HMI Sebagai lembaga pembelajaran di luar kurikulum akademik perguruan tinggi, diharapkan HMI dapat memberi kontribusi besar terhadap proses pematangan mahasiswa sebagai kelompok masyarakat terpelajar. Dengan proses pembelajaran yang akan melahirkan manusia-manusia unggul masa depan. Yaitu manusia-manusia yang cerdas, terampil, memiliki etos kerja tinggi, semangat dan daya juang yang bergelora, sehingga siap dan mampu menyongsong kehidupan kompetitif global dan menciptakan msayarakat madani.
b.      Menguatkan pondasi nasionalisme dengan memperkukuh wawasan kebangsaan
HMI adalah organisasi perkaderan dan perjuangan. Kebangsaan sebagai alat gerak HMI dalam melakukan perjuangan. Oleh karena itu HMI dituntut untuk mengenal bangsanya agar dapat berjuang dijalan yang benar sehingga perjuangan HMI tidak hanya untuk kepentingan HMI belaka, melainkan kepentingan ummat.
c.       Menggiatkan program pengabdian masyarakat
HMI sebagai organisasi perkaderan yang dibina secara terus menerus untuk mensejahterakan kehidupan bangsa, adil makmur sehingga realisasi untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk pengabdian masyarakat.
d.      Penguasaan IPTEK
Meski HMI dilahirkan sebagai organisasi pergerakan dan perkaderan ini tidak lepas dari peran HMI dalam menjawab tantangan di zaman mendatang. Di eramondial saat ini IPTEK sangat dibutuhkan disegala bidang. HMI harus bisa mengikuti arus perkembangan zaman sehingga mampu memanfaatkan informasi-informasi sebagai bahan rujukan dalam mengaplikasikan peran HMI.
e.       Memperkuat Basis Kepemimpinan
HMI sebagai wadah strategis dalam pembentukan karakter kepemimpinan. HMI sebagai organisasi kader terbesar di Indonesia telah menyumbangkan banyak kadernya dalam estafet kepemimpinan nasional Indonesia dari tahun ke tahun. Nama-nama kader HMI dewasa ini menghiasi jajaran kepemimpinan nasional Indonesia seperti Laode M. Kamaluddin, Jusuf Kalla, Akbar Tanjung, Anas Urbaningrum, Anis Baswedan, Mahfud MD, Mulyaman Hadad, Marwah Daud, Ida Nasution, Lena Maryana, Marzuki Ali, Wa Ode Ida, dll.
Bangsa Indonesia membutuhkan kader-kader tangguh seperti tokoh-tokoh intelektual yang sudah menjajaki kehidupan kepemimpinan yang sesungguhnya di kepemimpinan nasional. Demi terjaganya kualitas kader, HMI memandang perlu selalu adanya peningkatan-peningkatan kekuatan karakter kepemimpinan sehingga mampu menjadi estafet kepemimpinan nasional.[5]

Disampaikan pada diskusi PPPA
Muslihah, Ketua Umum HMI Komisariat Ahmad Dahlan 1


[1] Wikiquote.org
[2] Danial Iskandar, Perkaderan dan hal-hal yang belum selesai, http://independensia.com/berita-481-perkaderan-dan-halhal-yang-belum-selesai.html diakses pada oktober 2013
[3] Muslihah. Perkaderan Hmi Sebagai Sistem Pendidikan Penyongsong Pembangunan Bangsa, Makalah LKII cab Kediri, 2013, Hal : 5           
[4] Hasil-Hasil Kongres XXVIII Jakarta Timur 2013, hal : 363
[5] Muslihah. Perkaderan Hmi Sebagai Sistem Pendidikan Penyongsong Pembangunan Bangsa, Makalah LKII cab Kediri, 2013, Hal : 24

0 komentar :

Posting Komentar

resep donat empuk ala dunkin donut resep kue cubit coklat enak dan sederhana resep donat kentang empuk lembut dan enak resep es krim goreng coklat kriuk mudah dan sederhana resep es krim coklat lembut resep bolu karamel panggang sarang semut